Beberapa Sunnah Nabi saat berbuka puasa
Bersegera dalam berbuka.
Dari Sahl bin Sa'd radhiyallaahu ta'aala 'anhu, ia berkata, Rasulullah bersabda, ﻻ ﻳﺰﺍﻝ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺑﺨﻴﺮ ﻣﺎ ﻋﺠﻞ ﺍﻟﻔﻄﺮ "Ummatku senantiasa dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.". (Shahiih, HR. Al-Bukhari no.1957, Muslim no.1098, at-Tirmidzi no.699, Ibnu Majah no. 1697, Ahmad, V/337, 339, no.20805, Malik dalam al-Muwaththa' I/288, ad-Darimi, II/7, dan al-Baihaqi, IV/237).
Beliau juga bersabda ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﺰ ﻭﺟﻞ ﺃﺣﺐ ﻋﺒﺎﺩﻱ ﺇﻟﻲ ﺃﻋﺠﻠﻬﻢ ﻓﻄﺮﺍ "ALLAH berfirman : 'Hamba yang paling Aku cintai adalah yang paling bersegera dalam berbuka.'".(Shahiih, HR. At-Tirmidzi dalam sunannya)
Membaca do'a ketika berbuka.
Saat berbuka ucapkan ' ﺑﺴﻢ ﺍﻟﻠﻪ ' lalu santaplah beberapa kurma dan beberapa teguk air, kemudian ucapkan do'a : ﺫﻫﺐ ﺍﻟﻈﻤﺄ ﻭﺍﺑﺘﻠﺖ ﺍﻟﻌﺮﻭﻕ ﻭﺛﺒﺖ ﺍﻷﺟﺮ ﺍﻥ ﺷﺂ ﺀ ﺍﻟﻠﻪ "Telah hilang rasa haus dan urat-urat telah basah serta pahala telah di tetapkan. InsyaALLAH". (Hasan, HR. Abu Dawud, no. 2357, ad-Daraquthni, II/401, no. 2247, al-Hakim, I/422, Irwaa-ul Ghaliil, IV/39, no. 920, Shahiih Sunan Abi Dawud, III/449,no.2066)
Berbuka dengan ruthob kurma basah atau air.
Anas bin Malik radhiyallaahu ta'aala 'anhu mengatakan :
ﺃﻥ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻛﺎﻥ ﻳﻔﻄﺮ ﻗﺒﻞ ﺃﻥ ﻳﺼﻠﻲ ﻋﻠﻰ
ﺭﻃﺒﺎﺕ ، ﻓﺈﻥ ﻟﻢ ﺗﻜﻦ ﺭﻃﺒﺎﺕ ﻓﺘﻤﻴﺮﺍﺕ ، ﻓﺈﻥ ﻟﻢ ﺗﻜﻦ ﺗﻤﻴﺮﺍﺕ
ﺣﺴﺎ ﺣﺴﻮﺍﺕ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺎﺀ " ﺭﻭﺍﻩ ﺃﺑﻮ ﺩﺍﻭﺩ ﻭﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ .
"Biasanya Rasulullah berbuka sebelum shalat (maghrib) dengan memakan beberapa ruthab (kurma basah), apabila tidak mendapatkan mendapatkannya maka beliau berbuka dengan tamr (kurma kering) dan apablia tidak mendapatkannya maka beliau berbuka dengan beberapa teguk air" (Shahiih. HR. Abu Dawud dalam Sunannya)
Catatan :
Diantara hikmah disyariatkannya puasa agar kaum muslimin merasakan apa yang dirasakan oleh saudaranya yang faqir. Oleh karena itu hindari perilaku boros dan israf (berlebih-lebihan) saat berbuka. Sangat disayangkan perilaku sebagian kaum muslimin hari ini dimana mereka boros dalam membelanjakan harta untuk berbuka,sehingga daftar belanja mereka di bulan Ramadhan jauh lebih tinggi ketimbang diluar bulan Ramadhan,tentunya ini sangat bertentangan dengan hikmah puasa. Budayakan hemat saat sahur dan berbuka.
“Suatu hari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, mendengar seorang wanita tengah mencaci-maki hamba sahayanya, padahal ia sedang berpuasa. Nabi saw, segera memanggilnya. Lalu Beliau menyuguhkan makanan seraya berkata, “Makanlah hidangan ini “. Keruan saja wanita itu menjawab, “Ya Rasulullah, aku sedang berpuasa”. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, berkata dengan nada heran, “Bagaimana mungkin engkau berpuasa sambil mencaci-maki hamba sahayamu ?”. Sesungguhnya Allah menjadikan puasa sebagai penghalang (hijab) bagi seseorang dari segala kekejian ucapan maupun perbuatan. Betapa sedikitnya orang yang berpuasa dan betapa banyaknya orang yang lapar”. (HR Bukhari).
Dengan hadits tersebut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ingin mengingatkan kaum Muslim hakikat puasa yang sebenarnya. Istilah shaum bersumber dari bahasa Arab yang artinya, menahan, mengekang atau mengendalikan (al-imsak). Secara syariat (fikih), makna puasa adalah menahan diri dari segala sesuatu yang dapat membatalkan mulai terbitnya fajar shubuh hingga terbenamnya matahari yang disertai dengan niat.
Puasa terdiri dari tiga tingkatan
Puasa perut, tingkatan paling awal adalah puasa yang memenuhi syariat, yakni puasa muslim pada umumnya.
Puasa hawa nafsu, tingkatan selanjutnya setelah puasa perut, puasa sesauai syariat yang diikuti dengan menahan hawa nafsu.
“Apabila engkau berpuasa hendaknya telingamu berpuasa dan juga matamu, lidahmu dan mulutmu, tanganmu dan setiap anggota tubuhmu atau setiap panca inderamu” (al Hadits).
Puasa qalbu, tingkatan tertinggi setelah puasa hawa nafsu, puasa yang diikuti dengan menahan dari segala kecenderungan yang rendah dan pikiran yang bersifat duniawi, serta memalingkann diri dari segala sesuatu selain Allah.
Silahkan bagikan pesan ini agar semakin banyak saudara kita yang termotivasi melakukan kebaikan ini. Ammiin
0 comments:
Posting Komentar