SELAMA ini masyarakat mengira bahwa konsumsi MSG (monosodium glutamate) dapat membahayakan kesehatan.Padahal,dalam batasan normal,penyedap rasa ini aman digunakan. Penggunaan MSG atau dikenal dengan nama vetsin atau micin pada makanan masih menimbulkan kontroversi dalam masyarakat Indonesia. Hal itu dipicu dari sejumlah penelitian yang terkait keamanan penyedap rasa tersebut. Tidak jarang MSG dituding sebagai penyebab berbagai keluhan atau penyakit. Misalnya yang disebut dengan istilah Chinese Restaurant Syndrome. Istilah ini berasal dari kejadian ketika seorang dokter di Amerika Serikat yang makan di restoran China kemudian mengalami mual, pusing, dan muntah-muntah. Sindrom ini terjadi disinyalir lantaran makanan China mengandung banyak MSG. Ada lagi yang menghubungkan MSG dengan timbulnya sesak napas pada penderita asma. Bahkan, ada yang menuduh MSG menjadi penyebab timbulnya tekanan darah tinggi dan kanker. Berbagai pendapat tersebut sudah usang. Sejumlah penelitian ilmiah selanjutnya tidak menemukan adanya kaitan antara MSG dan sejumlah penyakit berbahaya tersebut.
Tidak ada satu pun bukti penelitian ilmiah kedokteran yang menyatakan bahwa MSG berbahaya bagi kesehatan” kata pakar nutrisi dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Dr Ir Hardinsyah MS dalam Media Gathering di Pabrik Ajinomoto di Jalan Raya Mlirip, Kecamatan Jetis,Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur Rabu (14/7). Sejumlah organisasi kesehatan lanjut dia juga menyatakan bahwa penggunaan MSG aman.
Misalnya lembaga penasihat ilmiah kepada badan-badan PBB WHO dan FAO yang disegani yaitu JECFA (Joint Expert Committee on Food Additives) menempatkan MSG pada kategori paling aman yakni batasan asupan harian tidak terspesifikasi atau ”Acceptable Daily Intake (ADI) not specified”. Begitu juga dengan The United States Food and Drug Administration (USFDA),The Federation of American Societies for Experimental Biology (FASEB),dan American Medical Association (AMA) yang menyebutkan MSG tidak berbahaya bagi kesehatan. ”Disebutkan bahwa tidak ada perbedaan antara glutamat pada MSG dengan glutamatyang secara alami pada makanan,” terang Hardinsyah. Hardinsyah menjelaskan, glutamat sebenarnya terdapat pada semua bahan makanan yang mengandung protein, misalnya keju, tomat, jagung, kentang, telur, susu, daging, ikan dan sayuran. Juga ada di rumput laut, kecap, terasi, dan air susu ibu (ASI). Glutamat juga diproduksi oleh tubuh manusia dan sangat diperlukan untuk metabolisme tubuh dan fungsi otak. Setiap orang rata-rata membutuhkan kurang lebih 11 gram glutamat per hari yang didapat dari sumber protein alami.
Lalu,ada juga glutamat buatan yang berasal dari gabungan dari sodium / natrium (garam) asam amino glutamat dan air yang menghasilkan MSG. MSG ini dibuat melalui proses fermentasi bahan alami seperti molasses (gula tebu),tapioka, sagu, jagung, gula beet, beras, dan gandum. Kemudian dilakukan penambahan natrium sehingga bahan bahan tersebut menjadi kristal. ”Glutamat dikristalkan sehingga tahan lama, menarik, mudah dikemas dan dipasarkan menjadi MSG. Fungsi utamanya adalah membuat rasa masakan menjadi lezat dan gurih sehingga menggugah selera orang untuk makan,” Hardinsyah yang juga Ketua Umum Pergizi Pangan Indonesia itu.
Manfaat glutamat dalam tubuh, ungkap Hardinsyah, sangat banyak,di antaranya metabolisme gula dan lemak yang berguna menghasilkan energi, melancarkan pencernaan, menangkal penyakit dalam tubuh, serta membentuk keseimbangan kerja otak menjadi lebih baik. Meski aman karena terbuat dari bahan baku alami dan tanpa efek samping, penggunaan MSG tentu memiliki batasan.Menurut WHO,asupan MSG per hari sebaiknya sekitar 0–120 mg/kg berat badan. Jadi, jika berat seseorang 50 kg, konsumsi MSG yang aman menurut perhitungan tersebut 6 gr (kira-kira 2 sendok teh) per hari. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sendiri telah menentukan batasan penggunaan MSG yaitu secukupnya. Hal ini sesuai dengan fungsinya sebagai bumbu masak yang menyedapkan rasa.Batasan ini sama dengan penggunaan garam dan gula dalam masakan.” Semua yang berlebihan tentu tidak baik. Apalagi kalau berlebihan MSG, rasa masakan juga tidak enak,”tukas Hardinsyah. Sementara itu, penyedap rasa Ajinomoto yang berasal dari Jepang telah mengukuhkan diri selama 100 tahun di 100 negara sebagai bumbu masak yang aman dan halal dikonsumsi.
Di Indonesia sendiri, Ajinomoto telah dikenal sebelum Proklamasi Kemerdekaan hingga 1969, akhirnya dapat diproduksi di Indonesia. Ajinomoto diproduksi lewat proses pengolahan makanan tradisional yaitu fermentasi, seperti produksi tempe, kecap, dan tape. Bahan baku utamanya adalah tetes tebu pilihan yang dibeli dari industri gula dalam negeri. Fermentasi dilakukan dengan menggunakan batuan mikroba jenis brevi-bacterium lactofrementum. Dalam kunjungan ke pabrik Ajinomoto di Mojokerto, Jawa Timur, sejumlah media dari Jakarta diberi kesempatan melihat secara langsung proses pembuatan penyedap rasa tersebut. Ada tiga tempat yang diperlihatkan pihak perusahaan. Diawali dari Ajinex di mana para wartawan dapat melihat panel kontrol pengendali proses MSG. Lalu, dilanjutkan dengan area penerimaan tetes tebu yang merupakan bahan baku MSG. Lokasi berikutnya adalah proses pembuatan bumbu penyedap Masako, yang memperlihatkan bahwa bumbu ini dibuat dari daging ayam dan daging sapi asli, bukan hanya dari perasa daging. Tampak dari ruang kaca bagaimana daging ayam dan daging sapi diterima setelah sebelumnya melalui proses pengecekan kualitas oleh bagian quality control.
Selanjutnya daging sapi tersebut digiling dan daging ayam direbus,kemudian dipisahkan dari tulang-tulangnya dan diolah menjadi bentuk butiran. Pada akhir kunjungan, rombongan melihat proses pengemasan Ajinomoto. Tampak bagaimana kristal putih Ajinomoto tersebut dikemas dalam berbagai ukuran secara higienis dengan teknologi tinggi dan siap dikirim kepasaran. Menurut President Director PT Ajinomoto Sales Indonesia Taro Komura, dari pabrik Ajinomoto di Mojokertoini,produkakanlangsung dipasarkanke seluruh Indonesiadan diekspor keluar negeri. Saat ini Ajinomoto telah menguasai 30–40% pasar penyedap rasa di Indonesia
Tidak ada satu pun bukti penelitian ilmiah kedokteran yang menyatakan bahwa MSG berbahaya bagi kesehatan” kata pakar nutrisi dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Dr Ir Hardinsyah MS dalam Media Gathering di Pabrik Ajinomoto di Jalan Raya Mlirip, Kecamatan Jetis,Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur Rabu (14/7). Sejumlah organisasi kesehatan lanjut dia juga menyatakan bahwa penggunaan MSG aman.
Misalnya lembaga penasihat ilmiah kepada badan-badan PBB WHO dan FAO yang disegani yaitu JECFA (Joint Expert Committee on Food Additives) menempatkan MSG pada kategori paling aman yakni batasan asupan harian tidak terspesifikasi atau ”Acceptable Daily Intake (ADI) not specified”. Begitu juga dengan The United States Food and Drug Administration (USFDA),The Federation of American Societies for Experimental Biology (FASEB),dan American Medical Association (AMA) yang menyebutkan MSG tidak berbahaya bagi kesehatan. ”Disebutkan bahwa tidak ada perbedaan antara glutamat pada MSG dengan glutamatyang secara alami pada makanan,” terang Hardinsyah. Hardinsyah menjelaskan, glutamat sebenarnya terdapat pada semua bahan makanan yang mengandung protein, misalnya keju, tomat, jagung, kentang, telur, susu, daging, ikan dan sayuran. Juga ada di rumput laut, kecap, terasi, dan air susu ibu (ASI). Glutamat juga diproduksi oleh tubuh manusia dan sangat diperlukan untuk metabolisme tubuh dan fungsi otak. Setiap orang rata-rata membutuhkan kurang lebih 11 gram glutamat per hari yang didapat dari sumber protein alami.
Lalu,ada juga glutamat buatan yang berasal dari gabungan dari sodium / natrium (garam) asam amino glutamat dan air yang menghasilkan MSG. MSG ini dibuat melalui proses fermentasi bahan alami seperti molasses (gula tebu),tapioka, sagu, jagung, gula beet, beras, dan gandum. Kemudian dilakukan penambahan natrium sehingga bahan bahan tersebut menjadi kristal. ”Glutamat dikristalkan sehingga tahan lama, menarik, mudah dikemas dan dipasarkan menjadi MSG. Fungsi utamanya adalah membuat rasa masakan menjadi lezat dan gurih sehingga menggugah selera orang untuk makan,” Hardinsyah yang juga Ketua Umum Pergizi Pangan Indonesia itu.
Manfaat glutamat dalam tubuh, ungkap Hardinsyah, sangat banyak,di antaranya metabolisme gula dan lemak yang berguna menghasilkan energi, melancarkan pencernaan, menangkal penyakit dalam tubuh, serta membentuk keseimbangan kerja otak menjadi lebih baik. Meski aman karena terbuat dari bahan baku alami dan tanpa efek samping, penggunaan MSG tentu memiliki batasan.Menurut WHO,asupan MSG per hari sebaiknya sekitar 0–120 mg/kg berat badan. Jadi, jika berat seseorang 50 kg, konsumsi MSG yang aman menurut perhitungan tersebut 6 gr (kira-kira 2 sendok teh) per hari. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sendiri telah menentukan batasan penggunaan MSG yaitu secukupnya. Hal ini sesuai dengan fungsinya sebagai bumbu masak yang menyedapkan rasa.Batasan ini sama dengan penggunaan garam dan gula dalam masakan.” Semua yang berlebihan tentu tidak baik. Apalagi kalau berlebihan MSG, rasa masakan juga tidak enak,”tukas Hardinsyah. Sementara itu, penyedap rasa Ajinomoto yang berasal dari Jepang telah mengukuhkan diri selama 100 tahun di 100 negara sebagai bumbu masak yang aman dan halal dikonsumsi.
Di Indonesia sendiri, Ajinomoto telah dikenal sebelum Proklamasi Kemerdekaan hingga 1969, akhirnya dapat diproduksi di Indonesia. Ajinomoto diproduksi lewat proses pengolahan makanan tradisional yaitu fermentasi, seperti produksi tempe, kecap, dan tape. Bahan baku utamanya adalah tetes tebu pilihan yang dibeli dari industri gula dalam negeri. Fermentasi dilakukan dengan menggunakan batuan mikroba jenis brevi-bacterium lactofrementum. Dalam kunjungan ke pabrik Ajinomoto di Mojokerto, Jawa Timur, sejumlah media dari Jakarta diberi kesempatan melihat secara langsung proses pembuatan penyedap rasa tersebut. Ada tiga tempat yang diperlihatkan pihak perusahaan. Diawali dari Ajinex di mana para wartawan dapat melihat panel kontrol pengendali proses MSG. Lalu, dilanjutkan dengan area penerimaan tetes tebu yang merupakan bahan baku MSG. Lokasi berikutnya adalah proses pembuatan bumbu penyedap Masako, yang memperlihatkan bahwa bumbu ini dibuat dari daging ayam dan daging sapi asli, bukan hanya dari perasa daging. Tampak dari ruang kaca bagaimana daging ayam dan daging sapi diterima setelah sebelumnya melalui proses pengecekan kualitas oleh bagian quality control.
0 comments:
Posting Komentar